lunedì 16 gennaio 2012

Bersama Ina Maria, tangis mereka pecah...

TANGIS MEREKA PECAH,
SETELAH MENDENDANGKAN "INA MARIA" DALAM BAHASA LAMAHOLOT.


Kira-kira pkl. 12 siang, tengah hari,31 des.2011, setelah diawali dgn perayaan ekaristi pemakaman pd pkl.11.30, pada waktu sebelum berkat jenasah kurang lebih 20-an suster francesane adolatrice della santa croce bersama dengan puluhan suster indonesia lainnya yang hadir saat itu di Napoli, mendendangkan lagu Ina Maria dalam bahasa Lamaholot. Lagu yang sudah sangat merakyat di daratan Flores-Lembata itu dinyanyikan oleh para suster sambil diiringi dengan sesugukan tangis kecil yg tertahan. Semuanya bernyanyi dalam kesedihan, terharu dalam tangis yg tertahan sampai di akhir bait lagu itu, Ina Maria, Ina ata sare, Ina peten kame... lalu tampil ke depan seorang sahabat suster, mewakili rekan-rekan yg ditinggalkan mengucapkan sepatah kata dua ucapan terima kasih buat semua yg hadir, yg turut mendoakan kepergian Sr. Yosephin, sambil mengisahkan saat terakhir kepergiannya. Ia menulis, "Terima kasih Tuhan untuk anugerah kehidupan selama 24 tahun ini". Sebuah doa singkat untuk kehidupan. Dan siang itu si sahabat tak mampu berkata lebih panjang selain ungkapan selamat jalan…lalu tertunduk dalam tangis dan air mata yg tak terbendung.
Sesaat kemudian ketika petugas pemakaman hendak menggotong peti jenasah, pecahlah tangis dan teriakan histeris, seakan tak mau melepaskan sang sahabat meninggalkan mereka. Belasan suster Fransiscanes mengelilingi peti jenasah sambil menangis. Pecahlah tangis mereka, setelah sebelumnya mereka mendendangkan lagu Ina Maria dalam bahasa Lamaholot yg menggambarkan kesetiaan Bunda Tuhan dalam menjawabi kehendak Bapa. Maria yang selalu dekat dengan anak-anaknya..Maria yg memahami pergumulan hidup putra-putrinya di dunia...Maria ina ata sare...ina peten kame....

Sungguh..
duka siang itu di Napoli menggambarkan ke hadapan saya sebuah jalinan persaudaraan dan kekerabatan yg kental. Di tanah misi, sambil membawa Salib Kristus, ikatan persaudaraan tak akan putus malah semakin kental. Satu lagi kembang indah dari tanah Nusantara untuk dunia. Tembang indah Lamaholot dipersembahankan buat bumi dalam nama DIA yang TERSALIB.

Di akhir tahun 2011, satu lagi putri Nusantara telah mengukir kesetiaan kepada DIA yang TERSALIB. Sampa akhir hidupnya tak ada keluhan yang keluar dari bibirnya walau dia tahu sakit sedang menggerogoti tubuhnya. Ia hanya berujar satu doa singkat, doa untuk kehidupan, "Terima Kasih Tuhan untuk anugerah kehidupan selama 24 tahun ini"

Terima kasih Sr. Yosephine,
Doa kami menyertai perjalananmu menuju rumah Bapa,
dan doakan kami selalu yg sedang berziarah dalam dunia ini.

Rm.Yoris Role,Pr
(31-12-2011-setelah kembali dari pemakaman)

Nessun commento:

Posta un commento