BERITA-CERITERA

MUSPAS VI KEUSKUPAN AGUNG ENDE :
ENDE, POS KUPANG.Com -- Budaya Ende Lio kental mewarnai acara misa penutupan Musyawarah Pastoral (Muspas) ke VI Keuskupan Agung Ende (KAE) di Aula Paroki Mautapaga Kota Ende, Minggu (11/7/2010).

Budaya Ende Lio itu terlihat mulai dari pakaian yang dikenakan para pelayan berupa lawo lambu, musik tradisional feko genda (suling dan gendang) hingga tarian dan doa. Puncak acara ditandai dengan pemotongan nasi tumpeng untuk HUT ke-59 Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr.
Nasi tumpeng yang dipersembahkan bagi Uskup Sensi terbuat dari beras asli Ende yang diriasi hiasan bernuansa Ende-Lio. Minumannya adalah moke yang disimpan dalam wadah dari temprung kelapa serta doa yang dilantunkan pembawa acara, Amatus Peta menggunakan bahasa daerah Lio.
Seperti disaksikan FloresStar, seusai memimpin misa penutupan Muspas, Uskup Sensi dan rombongan diarak dari dalam gereja menuju aula Gereja Mautapaga. Sepanjang jalan rombongan uskup diiringi tarian Ende Lio dan musik feko genda.
Sesampai di dalam ruangan aula, Uskup Sensi didaulat oleh para penari yang mengiringinya untuk bersama-sama menari. Uskup pun spontan menerima selendang dari penari lalu menari bersama. Tidak ketinggalan umat dan para imam yang mengikuti Muspas larut dalam tarian bersama diiringi musik feko genda.
Kentalnya budaya tradisional juga tampak dari busana para anggota koor dari Paroki Roworeke. Mereka mengenakan lawo lambu pada misa penutupan Muspas yang dihadiri ribuan umat.
Dalam pernyataan keprihatinan pastoral Muspas VI KAE yang dibacakan Romo Yet Koten, Pr disebutkan, setelah menelusuri kilas balik Muspas dan mengevaluasi hasil survei, katakese, asesmen diri fungsionaris pastoral dan diskusi selama proses musyawarah serta masukan dari narasumber, maka disadari arah dasar Pastoral 2010-2015 adalah Pastoral Pembebasan dan Pemberdayaan Komunitas Umat Basis yang Transformatif dan Misioner.
Untuk mewujudkan arah dasar tersebut visinya adalah Gereja Keuskupan Agung Ende sebagai persekutuan komunitas-komunitas umat basis yang injili, mandiri, solider dan misioner.
"Dengan ini kami bertekad menjadikan kitab suci dan sakramen sebagai sumber dan pedoman hidup komunitas umat basis, meningkatkan spiriritual, pengetahuan dan wawasan serta ketrampilan fungsionaris pastoral dan kelompok strategi atau kelompok kategorial dan menjadikan KUB sebagai organisasi dan organisme yang hidup dan sebagai komunitas perjuangan. Juga meningkatkan peran dan fungsi gereja Keuskupan Agung Ende dalam pemberdayaan ekonomi dan kerasulan tata dunia dan mengembangkan serta mengoptimalkan semua sumber daya pastoral Keuskupan Agung Ende," kata Romo Yet Koten.
Ketua Panitia Pelaksana, drg. Dominikus M Mere, M.Kes dalam kesempatan itu mengatakan begitu semangatnya Muspas VI berjalan sampai menggerakkan hati semua pihak mendukung terselenggaranya acara tersebut.
"Ini merupakan tanda betapa Muspas VI telah menggerakkan hati banyak pihak untuk mengerti bahwa pergumulan menata kesejahteraan umat sambil menangkap kehendak Allah adalah tugas semua," katanya.
Dikatakantanya, sebagai warga KUB yang mengalami masalah sosial, krisis moral serta krisis nilai dalam kehidupan, pihaknya memahami bahwa tidak perlu ada dikotomi antara urusan agama atau imam dan urusan dunia. Keduanya mesti sejalan demi mencapai kesejehteraan umat. (rom)